Singkawang (Antara Kalbar) - Kenaikan harga garam yang berlaku secara nasional tidak terlalu berpengaruh terhadap ekonomi rumah tangga dan rumah makan yang ada di Singkawang, Kalimantan Barat.
Kepala Dinas Perdagangan, Perindustrian, Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Singkawang, Hendryan, Selasa mengatakan, saat ini harga garam mengalami kenaikan, namun hal itu belum mempengaruhi rumah tangga.
Produksi garam terbesar ada di Pulau Madura dan Jawa Timur, dan kenaikan harga itupun disebabkan kondisi di Pulau Jawa saat ini memasuki musim penghujan.
Sehingga produktifitasnya menjadi turun, lantaran air asinnya sudah bercampur dengan air tawar, ditambah lagi stoknya sudah mulai terbatas. "Hal ini yang menyebabkan munculnya mekanisme pasar," ujarnya.
Untuk Singkawang yang merupakan daerah konsumen, katannya, mungkin tidak terlalu berpengaruh kepada ibu-ibu rumah tangga dan rumah makan. "Kalaupun ada pengaruhnya, paling hanya untuk pelaku industri," tuturnya..
Meski demikian, dia berharap ada kebijakan dari pemerintah pusat, misalkan apakah menggunakan stok yang ada ataupun harus impor.
"Kita harapkan ada kebijakan dari pemerintah pusat jangan sampai masalah ini berdampak besar," tuturnya.
Dijelaskan Hendryan, kenaikan harga garam untuk di Singkawang dari Rp7000 menjadi Rp10.000 perpak. Atau naik sebesar 20 persen.
"Kalau untuk hitungan kilo, satu kilonya naik Rp1.500, kalau perbungkusnya naiknya sekitar Rp200," katanya.
Salah satu ibu rumah tangga, Wulandari mengaku tidak mengetahui adanya kenaikan harga pada garam.
"Soalnya saya sudah lama tidak beli garam," kata Wulan.
Biasanya, untuk satu bungkus garam butuh waktu selama dua minggu untuk menghabiskannya. "Kalaupun memang naik, bagi saya tidak terlalu berpengaruh, karena butuh waktu lama untuk menghabiskannya," ujarnya.
(U.KR-RDO/M019)
Kenaikan Harga Garam Belum Berpengaruh Di Singkawang
Selasa, 25 Juli 2017 21:31 WIB