Sambas (Antara Kalbar) - Gubernur Kalimantan Barat, Cornelis menyatakan, tradisi permainan Meriam Karbit di sepanjang pinggir Sungai Kapuas Pontianak dalam memeriahkan malam Lebaran merupakan kebudayaan masyarakat Melayu Pontianak.
"Permainan Meriam Karbit sebagai salah satu budaya yang sudah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia tahun 2016 lalu, sehingga tidak boleh lagi ada orang atau pihak lain yang mengklaim maupun mengkomplain bahwa ini adalah miliknya selain orang Melayu Pontianak," kata Gubernur Cornelis saat menyampaikan sambutannya pada Festival Meriam Karbit, Sabtu malam.
Ia menjelaskan, pihaknya sudah memperjuangkan hingga berhasil menjadi salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia yang menetapkan Meriam Karbit diakui sebagai budaya milik orang Melayu Pontianak.
"Termasuk peceri nanas yang akan didaftarkan hak patennya oleh Pemerintah Kota Pontianak. Kalau sudah didaftar dan masuk dalam daftar Kementerian Hukum dan HAM menjadi trademark, maka itu tidak bisa lagi dikomplain atau diklaim oleh pihak manapun," ungkap.
Sementara itu, Wali Kota Pontianak, Sutarmidji menyatakan, pihaknya sudah mendaftarkan hak paten untuk permainan Meriam Karbit beserta Tugu Khatulistiwa. Namun saat didaftarkan sebelumnya, diakuinya ada sedikit kekeliruan sebab yang mendaftarkan semestinya badan hukum atau lembaga seperti Pemkot Pontianak. Sedangkan waktu itu didaftarkan atas nama wali kota, kalau itu sudah dilengkapi, Insya Allah akan keluar hak patennya sehingga sudah menjadi paten, termasuk peceri nanas.
"Alhamdulillah tahun ini Festival Meriam Karbit lebih meriah dibandingkan tahun lalu sebab di sepanjang pinggir sungai di kedua sisinya dihiasi dengan berbagai pernak-pernik lampu hias serta dekorasi, dan ditambah dentuman Meriam Karbit membuat suasana semakin semarak," ungkapnya.
Ia berharap, ke depannya kawasan pinggiran Sungai Kapuas akan menjadi ikon Kota Pontianak dan pusat wisata di kota berjuluk Khatulistiwa ini.
Meriam Karbit merupakan permainan tradisional dan budaya masyarakat di Kota Pontianak, terbuat dari sebatang pohon kayu dengan panjang antara 4 - 7 meter dan berdiameter 40 - 100 centimeter.
Sebagian bahan bakarnya menggunakan karbit, ketika sudah mencapai titik didih dalam waktu beberapa menit, maka Meriam Karbit siap disulut. Hasil sulutan itu menghasilkan bunyi dentuman yang menakjubkan bahkan pada radius 2 - 10 kilometer.
Dalam jarak tidak begitu jauh, suara dari Meriam Karbit terasa getarannya di rumah-rumah sekitarnya. Menyulut Meriam Karbit merupakan sensasi tersendiri bagi siapa saja yang tertarik merasakan dentumannya, kata Sutarmidji.
Festival Meriam Karbit tahun 2017 dipusatkan di Gang Kamboja atau di pinggiran Sungai Kapuas yang diikuti 44 kelompok dengan jumlah keseluruhan 259 unit Meriam Karbit.
(A057/I006)
Cornelis: Meriam Karbit Budaya Milik Melayu Pontianak
Minggu, 25 Juni 2017 14:47 WIB