Singaraja (Antara Kalbar) - Sejumlah pengrajin anyaman bambu di Desa
Pedawa, Kabupaten Buleleng, Bali, mengaku kewalahan memenuhi permintaan
pasar karena jumlah bahan produksi terbatas.
"Kami terpaksa
mengurangi jumlah produksi karena memang kekurangan bambu. Pasokan bambu
akhir-akhir ini terus mengalami penurunan," kata Putu Indah, salah satu
pengrajin di Pedawa, Kabupaten Buleleng, Minggu.
Ia
mengatakan, dalam satu hari seorang pengrajin dapat memproduksi satu
jenis anyaman "keben". Anyaman jenis lain bisa dihasilkan lebih banyak
tergantung jenis dan ukurannya.
Ia menambahkan, selama ini
mengurangi jumlah pesanan karena memang jumlah pengrajin makin sedikit.
"Biasanya garap bersama keluarga yang lain, tapi kebanyakan sekarang
yang lain sibuk kerja," tambahnya.
Satu jenis anyaman bambu
berbagai jenis memiliki kisaran harga antara Rp40 ribu sampai Rp100 ribu
tergantung besar dan jenis kerumitan dari anyaman tersebut.
Untuk memenuhi bahan produksi, dirinya biasanya mendapatkan bahan baku
bambu dari sejumlah pengepul. Kadang kala juga dari bambu yang ditanam
di kebun sendiri, namun tidak terlalu banyak.
Desa Pedawa,
Tigawasa dan daerah sekitarnya, kata dia, merupakan salah satu sentra
anyaman bambu terkenal di Buleleng. Bahkan, kini mulai berkembang jadi
objek wisata berbasis desa.
"Tapi sayang anak muda mulai
sedikit yang mau melanjutkan warisan nenek moyang membuat berbagai jenis
anyaman. Mungkin saja banyak anak muda lebih memilih kerja di bidang
pariwisata dan bidang lain," papar dia.
Pengrajin Anyaman Bambu Kewalahan Penuhi Permintaan
Minggu, 22 Januari 2017 13:55 WIB